Senin, 30 November 2015

Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

NAMA                 :         Sherley Ajeng Pratiwi
NIM                      :         1510051
MATA KULIAH  :         IDK 1        
PRODI/KELAS    :         S1 TINGKAT 1
FASILITATOR    :         Nisha Dharmayanti R., S.Kep., Ns., M. Si.
 



Resume Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Sesuai Tumbuh Kembang

      1.      KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Definisi cairan tubuh
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh manusia tersusun kira-kira 50%-60% cairan. 
Prosentase cairan tubuh
a. Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain :
1.      Umur : Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.
2.  Kondisi lemak tubuh : Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
3.  Jenis Kelamin : Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pada pria, kerena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pria.

b.      Jumlah normal air pada tubuh manusia
1. Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan
2. Dewasa :
·         Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 – 55% Berat Badan
·         Pria dewasa (20-40 tahun): 55 – 60% Berat Badan
·         Usia lanjut : 45-50% Berat Badan

Fungsi Cairan
a.      Pelarut universal
1.      Senyawa bergerak lebih cepat dan mudah
2.      Berperan dalam reaksi kimia.
Contoh: Glukosa larut dalam darah dan masuk ke sel
3.      Sebagai medium untuk reaksi metabolisme dalam sel
4.      Transport nutrient, membersihkan produk metabolisme dan substansi lain

b.      Pengaturan suhu tubuh
1.      Mampu menyerap panas dalam jumlah besar
2.      Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas
Contoh: Otot-otot selama excercise

c.       Pelicin
1.      Mengurangi gesekkan (sebagai pelumas)

d.       reaksi kimia
1.      Pemecahan karbohidrat
2.      Membentuk protein

e.       Pelindung
1.      Cairan Cerebro-spinal, cairan amniotic


Komposisi Cairan Tubuh
Cairan  tubuh berisikan:
a.       Oksigen yang berasal dari paru-paru
b.      Nutrien yang berasal dari saluran pencernaan
c.       Produk metabolisme seperti karbondiokasida
d.  Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul yang disebut juga elektrolit. Seperti misalnya sodium klorida dipecah menjadi satu ion Natrium atau sodium (Na+) dan satu ion klorida (Cl–). Ion yang bermuatan positif disebut kation, sedangkan yang bermuatan negatif disebut anion

Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS) dan Cairan Ektraselular (CES)

a.       Cairan Intraselular
Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3–, SO42-, Cl–

b.      Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari total cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan dalam transport nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil metabolisme untuk kemudian dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai pelumas pada persendian dan membran mukosa, penghancuran makanan dalam proses pencernaan.

Cairan ekstrasel terdiri dari:
1.      Cairan interstisial
Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan limfe, jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
2.      Cairan intavaskuler
Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah misalnya plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum ada alat yang tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah tersebut dapat diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia, komposisi darah terdiri dari kurang lebih 55%plasma, dan 45% sisanya terdiri dari komponen darah seperti sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
3.      Cairan transelular
Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti cairan serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi lambung, jumlahnya sekitar 1%-3%.

Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na+,sedikit K+, Ca2+, Mg2+ serta elektrolit anion terbanyak Cl– , HCO3–, protein pada plasma, sedikit HPO42-SO42-.

2. HORMON TERKAIT DNGAN KESEIMBANG CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Hormon Antidireutik (ADH)
Beberapa hormon mempengaruhi keseimbangan cairan, diantaranya adalah antidiuretic hormone (ADH) atau vasopressin. Hormon antidiuretik ((ADH) adiuretin, vasopresin) dibentuk di nucleus supraoptikus dan paraventrikular hipotalamus, dan ditransport ke lobus posterior kelenjar hipofisis melalui akson neuron penghasil hormon. Hipotalamus memproduksi ADH, sedangkan kelenjar pituitari posterior menyimpan dan melepaskannya. Fungsi hormon ADH mudah diingat karena sesuai kepanjangannya yaitu hormon antidiuretik yang artinya mengurangi diuresis dan meningkatkan retensi air.
Peningkatan osmolalitas serum atau penurunan volume darah dapat menstimulasi pelepasan ADH, yang pada akhirnya akan meningkatkan reabsorpsi cairan di ginjal. Peningkatan reabsorpsi cairan mengakibatkan konsentrasi urin menjadi lebih pekat. Begitu pula sebaliknya, penurunan osmolalitas serum atau peningkatan volume darah akan menghambat pelepasan ADH dan mengakibatkan lebihcairan sedikit yang diabsorspsi, sehingga urin yang dihasilkan akan memiliki konsentrasi yang rendah atau encer. Banyaknya ADH yang dilepaskan setiap harinya bervariasi tergantung keperluan tubuh.
Rangsangan untuk pelepasan ADH adalah hiperosmolaritas ekstrasel (atau penyusutan sel) dan penurunan pengisian di kedua atrium, serta muntah, nyeri, stress, dan gairah (seksual). Sekresi ADH selanjutnya dirangsang oleh angiotensin II, dopamine, dan beberapa obat atau toksin (misal nikotin, morfin, barbiturat). Peningkatan perenggangan atrium serta asam aminobutirat-γ (GABA), alkohol, dan pajanan terhadap dingin menimbulkan efek penghambatan.

Sistem Renin – Angiotensin – Aldosteron
·         RENIN
Peningkatan tekanan darah yang ditimbulkan oleh penyuntikan ekstrak ginjal adalah disebabkan oleh renin, suatau protease asam yang disekresikan oleh ginjal kedalam aliran darah. Enzim ini bekerja sama dengan pengonversi angiotensin untuk membentuk angiotensin II. Enzim ini merupakan suatu glikoprotein dengan berat molekul 37.326 pada manusia. Molekul tersusun dari dua lobus, atau domain, dimana tempat aktif enzim terletak dicelah bagian dalam. Dua residu asam aspartat, satu diposisi 104 dan satu diposisi 292 (nomer residu dari preprorenin manusia), terletak dekat dengan celah dan penting untuk aktifitas enzim ini. Dengan demikian, renin adalah suatu protease aspastil.Seperti hormon lain, reni disintesis sebagai suatu prahormon berukuran besar. Praprorenin manusia mengandung 406 residu asam amino. Prorenin yang tersisa setelah pengeluaran sekuens pendahulu (leader sequence), yang terdiri dari 23 residu asa amino dari terminal-amino, mengandung 383 residu asam amino, dan setelah pengeluaran sekuens pro dari terminal-amino prorenin, terbentuk renin aktif yang mengandung 340 residu asam amino. Prorenin memiliki sedikit, kalaupun ada, aktifitas biologik.
Sebagian prorenin diubah menjadi renin di ginjal, dan sebagian disekresikan. Prorenin disekresikan oleh organ-organ lain, termasuk ovarium. Setelah nefrektomi, kadar prorenin dalam sirkulasi biasanya hanya turun sedang dan bahkan mungkin meningkat, tetapi kadar renin-aktif turun sampai hampir nol. Dengan demikian hanya terjadi sedikit perubahan prorenin menjadi renin dalam sirkulasi, dan renin aktif adalah produk utama, bila bukan eksklusif ginjal. Prorenin disekresikan secara konstitusif, sedangkan renin aktif terbentuk dalam granula sekretorik justaglomerulus, sel-sel diginjal yang menghasilkan renin. Renin aktif memiliki waktu paruh dalam sirkulasi sekitar 80 menit atau kurang. Satu-satunya fungsi yang diketahui adalah memecah dekapeptida angiotensin I  dari ujung terminal amino angiotensinogen (subrat renin).
·         ANGIOTENSIN
Angiotensinogen dalam darah ditemukan dalam fraksi globulin  plasma. Angiotensinogen mengandung sekitar 13% karbohidrat yang tersusun oleh 453 residu asam amino. Zat ini disintesis dihati dengan sekuens sinyal 32 asam amino yang dikeluarkan di retikulum endoplasma. Kadarnya dalam darah ditingkatkan oleh glukokortikoid, hormon tiroid, estrogen, beberapa sitokin dan angiotensin II. Enzim pengonversi angiotensin (ACE, angiotensin-converting enzyme) ialah suatu dipeptidilkarboksipeptidase yang memecah histidilleusin dari angiotensin I yang inaktif secara fisiologis, membentuk oktapeptida angiotensin II. Metabolisme angiotensin II berlangsung cepat, waktu paruhnya dalam sirkulasi manusia adalah 1-2 menit. Metabolisme angiotensin II dikatalisasi oleh berbagai peptidase. Renin biasanya diukur dengan menginkubasikan sampel yang akan diperiksa dan mengukur angiotensin I yang dihasilkannya dengan imunoesai. Cara ini mengukur aktifitas renin plasma (PRA) sampel. Defisisensi angiotensinogen serta renin daoat menyebabkan nilai PRA yang rendah, dan untuk menghindari masalah ini, sering diberikan angiotensinogen eksogen, sehingga yang diukur adalah konsentrasi renin plasma (PRC) bukan PRA. Angiotensin I tampaknya hanya berfungsi sebagai prekursor untuk angiotensin II dan tidak memiliki fungsi lain yang jelas. Angiotensin II yang sebelumnya disebut hipertensin atau angiotonin yang menyebabkan konstriksi arteriola dan oeningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik. Zat ini merupakan vasokonstriktor yang paling kuat yang pada orang kuat memiliki aktifitas 4-8 kali lipat dibandingkan dengan norepinefrin berdasarkan berat. Angiotensin II juga bekerja langsung pada korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi aldosteron dan sistem renin-angiotensin merupakan pengatur utama sekresi aldosteron. Efek lain angiotensin II adalah fasilitasi pelepasan norepinefrin melalui efek langsung pada neuron simpatis pascaganglion, kontraksi sel-sel mesangium yang menyebabkan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus, dan efek langsung pada tubulus ginjal untuk meningkatkan reabsorpsi .
·         ALDOSTERON
     Aldosteron adalah hormon yang dihasilkan dan dilepaskan oleh kelenjar adrenal, memberikan sinyal kepada ginjal untuk membuang lebih sedikit natrium dan lebih banyak kalium. Pembentukan aldosteron sebagian diatur oleh kortikotropin pada hipofisa dan sebagian lagi oleh mekanisme kontrol pada ginjal (sistem renin-angiotensin-aldosteron). Renin adalah enzim yang dihasilkan di dalam ginjal dan bertugas mengendalikan pengaktivan hormon angiotensin, yang merangsang pembentukan aldosteron oleh kelenjar adrenal. Kelebihan aldosteron (aldosteronisme) merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi kadar natrium, kalium, bikarbonat dan klorida dalam darah, yang menyebabkan tekanan darah tinggi, kelemahan dan kadang kelumpuhan perioidik. Rennin disekresikan dari sel-sel jukstaglomelurus yang mengelilingi arteriol aferen ginjal sewaktu masuk ke glomerulus. Sekresi aldosteron diatur melalui system renin-angiotensin dalam suatu mekanisme umpan baliik. Penurunan volume CES atau volume vascular intra-arteri menyebabkan peningkatan pelepasan muatan saraf renalis secara reflek dan penurunan tekanan arteri renalis. Kedua perubahan meningkatkan sekresi rennin, dan angiotensin II yang terbentuk oleh kerja renin meningkatkan kcepatan sekresi aldosteron. Aldosteron menyebabkan retensi  dan air, meningkatkan volume CES dan menghentikan rangsangan yang mencetuskan sekresi renin.

Ø  Sistem Renin-Angiotensin-Aldostero dalam keseimbangan cairan dan elektrolit
Untuk membantu mempertahankan keseimbangan garam dan air dalam tubuh termasuk untuk mempertahankan volume darah dan tekanan darah yang normal, ada sel khusus yang disebut dengan sel juxtaglomerulus. Sel juxtaglomerulus ada di dekat glomerulus dan mensekresikan enzim yang bernama renin. Proses kerjanya adalah sebagai berikut.
Ketika aliran darah ke glomerulus menurun, sel juxtaglomerulus akan mensekresikan renin ke dalam aliran darah menuju hepar. Di dalam hepar, renin akan mengubah angiotensinogen menjadi agiotensin I. Lalu angiotensin I akan menuju paru-paru, dan dikonversi menjadi angiotensin II. Selanjutnya angiotensin menuju kelenjar adrenal untuk menstimulasi kelenjar adrenal untuk memproduksi aldosteron.
Angiotensin II menyebabkan vasokonstriksi perifer dan menstimulasi produksi aldosteron. Keduanya akan menigkatkan tekanan darah. Jika tekanan darah telah normal kembali, tubuh akan berhenti mensekresi renin, serta siklus renin-angiotensin-aldosteron akan berhenti pula.
·         Naik dan turunnya Renin
Jumlah renin yang disekresikan bergantung pada aliran darah dan kadar sodium dalam aliran darah. Jika aliran darah yang ke ginjal berkurang, seperti yang terjadi pada pasien yang sedang mengalami perdarahan, atau jika jumlah sodium yang sampai di glomerulus turun, maka sel juxtaglomerulus akan mensekresikan renin lebih banyak. Renin menyebabkan vasokonstriksi dan selanjutnya meningkatkan tekanan darah. Sebaliknya, jika aliran darah ke ginjal meningkat, atau jika kadar sodium yang mencapai glomerulus meningkat, sel juxtaglomerulus akan mengurangi sekresi renin. Penurunan sekresi renin akan mengurangi vasokonstriksi dan membantu menormalkan tekanan darah.
·  Pengaturan Sodium dan air. Hormon aldosteron juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan tekanan darah dan keseimbangan cairan. Aldosteron disekresi di kortek adrenal, mengatur reabsorpsi sodium dan air di dalam nefron.
·         Men-trigger transport aktif
Ketika volume darah menurun, aldosteron mengawali transport aktif sodium dari tubulus distalis dan duktus kolektivus ke dalam aliran darah. Transport aktif tersebut mendorong sodium kembali ke dalam aliran darah. Ketika sodium di dorong ke dalam aliran darah, banyak air akan diabsorpsi dan volume darah akan bertambah.

3.KESEIMBANGAN ASAM BASAH
Disamping air dan elektrolit cairan tubuh juga mengandung asam-basa, seperti asam karbonat . Keadaan asam dan basa ditentukan oleh adanya pH cairan tubuh. pH adalah sImbol dari adanya ion hydrogen dalam larutan pH netral adalah 7, jika dibawah 7 maka disebut asam dan diatas 7 disebut basa. Sedangkan pH plasma normal aldalah 7,35-7,45. Untuk memperthankan pH plasma normal dalam tubuh terdapat buffer asam-basa yaitu larutan yang terdiri dari dua atau lebih zat kimia untuk mencegah terjadinya perubahan ion hydrogen.
Keseimbangan asam-basa ditentukan oleh pengaturan buffer pernafasan dan ginjal.
a.       Sistem Buffer
Buffer membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan menetralisir kelebihan asam melalui pemindahan atau pelepasan ion hydrogen. Jika terjadi kelebihan ion hydrogen pada cairan tubuh maka buffer akan meningkat ion hydrogen sehingga perubahan pH dapat diminimalisir. Sistem buffer utama pada cairan ekstraseluler adalah bikarbonat dan asam karbonat. Selain itu untuk mempertahankan keseimbangan pH juga berperan plasma protein,hemoglobin,dan posfat.
b.      Pengaturan pernapasan
Paru-paru membantu mengatur keseimbangan asam-basa dengan cara mengeluarkan karbondioksida. Karbondioksida secara kuat menstimulasi pusat pernapasan. Ketika karbondioksida dan asam bikarbonat dalam darah meningkat pusat pernapasan distimulasi sehingga menjadi meningkat. Karbondioksida dikeluarkan dan asam karbonat menjadi turun.  Apabila bikarbonat berlabihan maka jumlah pernapasan akan diturunkan.
Pengaturan pernapasan dan ginjal saling bekerja sama dalam mempertahankan keseimbangan asam basa. Di paru-paru karbondioksida bereaksi dengan air membentuk asam karbonat, yang kemudian asam karbonat akan dipecah di ginjal menjadi hidrogen dan bikarbonat.

4.TANDA DAN GEJALA GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Di bawah ini adalah gejala paling umum dari ketidakseimbangan elektrolit:
  • Kelelahan
  •  Kram otot dan kejang
  • Mual
  • Pusing
  • Pingsan
  • Lekas marah
  • Muntah
  • Mulut kering
  • Denyut jantung lambat
  • Kejang
  • Palpitasi
  • Tekanan darah rendah
  • Kurangnya koordinasi
  • Sembelit
  • Kekakuan sendi
Dalam kasus ketidakseimbangan elektrolit yang parah (pada kasus ekstrim), gejala berikut akan teramati:
  • Koma
  •  Kejang
  • Perhentian jantung (cardiac arrest)
  • Kematian
5.PROSES KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELETROLIT
Pemberian Cairan Melalui Infus
pemberian cairan infuse dapat diberikan pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah.
Alat dan Bahan :
  1. Standart infuse
  2. Set infuse
  3. Cairan sesuai program medic
  4. Jarim infuse dengan ukuran yang sesuai
  5. Pengalas
  6. Torniket
  7. Kapas alcohol
  8. Plester
  9. Gunting
  10. Kasa steril
  11. Beradine
  12. Handscoen
Prosedur Kerja
  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  2. Cuci tangan.
  3. Hubungkan cairan dan infuse set dengan menusukkan ke bagian karet atau akses selang ke botol infuse.
  4. Isi cairan ke dalam set infuse dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi slang dan udara slang keluar.
  5. Letakkan pengalas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan.
  6. Letakkan pembendungan dengan torniket 10-12 cm diatas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan ferakan sirkulat (bila sadar).
  7. Gunakan sarung tangan steril .
  8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
  9. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari dibagian bawah vena dan posisi jarum (abocath) mengarah ke atas.
  10. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (abocath/surflo). Apabila saat penusukan terjadi pengeluaran darah melalui jarum (abocath/surflo) maka tarik keluar bagian dalam (jarum) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena.
  11. Setelah jarum infuse bagian dalam dilepaskan,tahan bagian atas vena dengan menekan dengan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan dengan slang infus.
  12. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan.
  13. Lakukan fiksasi dengan kasa steril dan plester.
  14. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
  15. Catat tanggal dan waktu pemasangan infuse serta catat ukuran jarum tidak lupa juga catat jenis cairan,letak infuse,kecepatan aliran,ukuran,dan tipe jarum infus.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar