NAMA : Sherley Ajeng Pratiwi
NIM : 1510051
MATA KULIAH : IDK
1
PRODI/KELAS : S1
TINGKAT 1
FASILITATOR : Nisha
Dharmayanti R., S.Kep., Ns., M. Si.
![]() |
|
![]() |
Resume Pemenuhan Kebutuhan Cairan
dan Elektrolit Sesuai Tumbuh Kembang
1. KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Definisi cairan tubuh
Cairan
tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang memiliki fungsi
fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (
pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan
osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan
ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Tubuh manusia tersusun kira-kira 50%-60% cairan.
Prosentase cairan tubuh
a. Prosentase
dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung
beberapa hal antara lain :
1. Umur
: Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.
2. Kondisi
lemak tubuh : Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan
lemak tubuh.
3. Jenis
Kelamin : Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding
pada pria, kerena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak
dibandingkan dengan pria.
b.
Jumlah
normal air pada tubuh manusia
1. Bayi (baru lahir):
75 % Berat Badan
2. Dewasa :
·
Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 – 55%
Berat Badan
·
Pria dewasa (20-40 tahun): 55 – 60%
Berat Badan
·
Usia lanjut : 45-50% Berat Badan
Fungsi
Cairan
a.
Pelarut
universal
1. Senyawa
bergerak lebih cepat dan mudah
2. Berperan
dalam reaksi kimia.
Contoh: Glukosa larut dalam darah dan masuk ke sel
Contoh: Glukosa larut dalam darah dan masuk ke sel
3. Sebagai
medium untuk reaksi metabolisme dalam sel
4. Transport
nutrient, membersihkan produk metabolisme dan substansi lain
b.
Pengaturan
suhu tubuh
1. Mampu
menyerap panas dalam jumlah besar
2. Membuang
panas dari jaringan yang menghasilkan panas
Contoh: Otot-otot selama excercise
Contoh: Otot-otot selama excercise
c.
Pelicin
1. Mengurangi
gesekkan (sebagai pelumas)
d.
reaksi kimia
1. Pemecahan
karbohidrat
2. Membentuk
protein
e.
Pelindung
1.
Cairan Cerebro-spinal, cairan
amniotic
Komposisi
Cairan Tubuh
Cairan tubuh berisikan:
a. Oksigen
yang berasal dari paru-paru
b. Nutrien
yang berasal dari saluran pencernaan
c. Produk
metabolisme seperti karbondiokasida
d. Ion-ion
yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul yang disebut juga elektrolit. Seperti
misalnya sodium klorida dipecah menjadi satu ion Natrium atau sodium (Na+) dan
satu ion klorida (Cl–). Ion yang bermuatan positif disebut kation, sedangkan
yang bermuatan negatif disebut anion
Cairan tubuh berada
pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS) dan Cairan Ektraselular
(CES)
a. Cairan Intraselular
Cairan intrasel
merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi
sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah
cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+,
Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein,
sedikit HCO3–, SO42-, Cl–
b. Cairan
Ekstrasel
Cairan ekstrasel
merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari total
cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan dalam
transport nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil
metabolisme untuk kemudian dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai
pelumas pada persendian dan membran mukosa, penghancuran makanan dalam proses
pencernaan.
Cairan
ekstrasel terdiri dari:
1. Cairan
interstisial
Cairan Interstisial
merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan limfe, jumlahnya
sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume
ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
2. Cairan
intavaskuler
Cairan Intravaskuler
adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah misalnya plasma, jumlahnya
sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum ada alat yang
tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah tersebut
dapat diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia, komposisi darah
terdiri dari kurang lebih 55%plasma, dan 45% sisanya terdiri dari komponen
darah seperti sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
3. Cairan
transelular
Cairan Transelular
merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti cairan serebrospinalis,
perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi lambung,
jumlahnya sekitar 1%-3%.
Didalam cairan
ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na+,sedikit K+, Ca2+, Mg2+ serta
elektrolit anion terbanyak Cl– , HCO3–, protein pada plasma, sedikit
HPO42-SO42-.
2. HORMON TERKAIT DNGAN KESEIMBANG CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Hormon
Antidireutik (ADH)
Beberapa hormon mempengaruhi
keseimbangan cairan, diantaranya adalah antidiuretic hormone (ADH) atau
vasopressin. Hormon antidiuretik ((ADH) adiuretin, vasopresin) dibentuk di nucleus
supraoptikus dan paraventrikular hipotalamus, dan ditransport ke lobus
posterior kelenjar hipofisis melalui akson neuron penghasil hormon. Hipotalamus
memproduksi ADH, sedangkan kelenjar pituitari posterior menyimpan dan
melepaskannya. Fungsi hormon ADH mudah diingat karena sesuai kepanjangannya
yaitu hormon antidiuretik yang artinya mengurangi diuresis dan meningkatkan
retensi air.
Peningkatan
osmolalitas serum atau penurunan volume darah dapat menstimulasi pelepasan ADH,
yang pada akhirnya akan meningkatkan reabsorpsi cairan di ginjal. Peningkatan
reabsorpsi cairan mengakibatkan konsentrasi urin menjadi lebih pekat. Begitu
pula sebaliknya, penurunan osmolalitas serum atau peningkatan volume darah akan
menghambat pelepasan ADH dan mengakibatkan lebihcairan sedikit yang
diabsorspsi, sehingga urin yang dihasilkan akan memiliki konsentrasi yang
rendah atau encer. Banyaknya ADH yang dilepaskan setiap harinya bervariasi
tergantung keperluan tubuh.
Rangsangan
untuk pelepasan ADH adalah hiperosmolaritas ekstrasel (atau penyusutan sel) dan
penurunan pengisian di kedua atrium, serta muntah, nyeri, stress, dan gairah
(seksual). Sekresi ADH selanjutnya dirangsang oleh angiotensin II, dopamine,
dan beberapa obat atau toksin (misal nikotin, morfin, barbiturat). Peningkatan
perenggangan atrium serta asam aminobutirat-γ (GABA), alkohol, dan pajanan
terhadap dingin menimbulkan efek penghambatan.
Sistem Renin – Angiotensin –
Aldosteron
·
RENIN
Peningkatan
tekanan darah yang ditimbulkan oleh penyuntikan ekstrak ginjal adalah
disebabkan oleh renin, suatau protease asam yang disekresikan oleh ginjal
kedalam aliran darah. Enzim ini bekerja sama dengan pengonversi angiotensin
untuk membentuk angiotensin II. Enzim ini merupakan suatu glikoprotein dengan
berat molekul 37.326 pada manusia. Molekul tersusun dari dua lobus, atau
domain, dimana tempat aktif enzim terletak dicelah bagian dalam. Dua residu
asam aspartat, satu diposisi 104 dan satu diposisi 292 (nomer residu dari
preprorenin manusia), terletak dekat dengan celah dan penting untuk aktifitas
enzim ini. Dengan demikian, renin adalah suatu protease aspastil.Seperti hormon lain, reni disintesis sebagai suatu
prahormon berukuran besar. Praprorenin manusia mengandung 406 residu asam
amino. Prorenin yang tersisa setelah pengeluaran sekuens pendahulu (leader
sequence), yang terdiri dari 23 residu asa amino dari terminal-amino,
mengandung 383 residu asam amino, dan setelah pengeluaran sekuens pro dari
terminal-amino prorenin, terbentuk renin aktif yang mengandung 340 residu asam
amino. Prorenin memiliki sedikit, kalaupun ada, aktifitas biologik.
Sebagian prorenin diubah menjadi renin di ginjal,
dan sebagian disekresikan. Prorenin disekresikan oleh organ-organ lain,
termasuk ovarium. Setelah nefrektomi, kadar prorenin dalam sirkulasi biasanya
hanya turun sedang dan bahkan mungkin meningkat, tetapi kadar renin-aktif turun
sampai hampir nol. Dengan demikian hanya terjadi sedikit perubahan prorenin
menjadi renin dalam sirkulasi, dan renin aktif adalah produk utama, bila bukan
eksklusif ginjal. Prorenin disekresikan secara konstitusif, sedangkan renin
aktif terbentuk dalam granula sekretorik justaglomerulus, sel-sel diginjal yang
menghasilkan renin. Renin aktif memiliki waktu paruh dalam sirkulasi sekitar 80
menit atau kurang. Satu-satunya fungsi yang diketahui adalah memecah
dekapeptida angiotensin I dari ujung
terminal amino angiotensinogen (subrat renin).
·
ANGIOTENSIN
Angiotensinogen
dalam darah ditemukan dalam fraksi globulin
plasma. Angiotensinogen mengandung sekitar 13% karbohidrat yang tersusun
oleh 453 residu asam amino. Zat ini disintesis dihati dengan sekuens sinyal 32
asam amino yang dikeluarkan di retikulum endoplasma. Kadarnya dalam darah
ditingkatkan oleh glukokortikoid, hormon tiroid, estrogen, beberapa sitokin dan
angiotensin II. Enzim
pengonversi angiotensin (ACE, angiotensin-converting enzyme) ialah suatu
dipeptidilkarboksipeptidase yang memecah histidilleusin dari angiotensin I yang
inaktif secara fisiologis, membentuk oktapeptida angiotensin II. Metabolisme
angiotensin II berlangsung cepat, waktu paruhnya dalam sirkulasi manusia adalah
1-2 menit. Metabolisme angiotensin II dikatalisasi oleh berbagai peptidase. Renin
biasanya diukur dengan menginkubasikan sampel yang akan diperiksa dan mengukur
angiotensin I yang dihasilkannya dengan imunoesai. Cara ini mengukur aktifitas
renin plasma (PRA) sampel. Defisisensi angiotensinogen serta renin daoat
menyebabkan nilai PRA yang rendah, dan untuk menghindari masalah ini, sering
diberikan angiotensinogen eksogen, sehingga yang diukur adalah konsentrasi
renin plasma (PRC) bukan PRA. Angiotensin
I tampaknya hanya berfungsi sebagai prekursor untuk angiotensin II dan tidak
memiliki fungsi lain yang jelas. Angiotensin II yang sebelumnya disebut
hipertensin atau angiotonin yang menyebabkan konstriksi arteriola dan
oeningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik. Zat ini merupakan
vasokonstriktor yang paling kuat yang pada orang kuat memiliki aktifitas 4-8
kali lipat dibandingkan dengan norepinefrin berdasarkan berat. Angiotensin
II juga bekerja langsung pada korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi
aldosteron dan sistem renin-angiotensin merupakan pengatur utama sekresi
aldosteron. Efek lain angiotensin II adalah fasilitasi pelepasan norepinefrin
melalui efek langsung pada neuron simpatis pascaganglion, kontraksi sel-sel
mesangium yang menyebabkan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus, dan efek
langsung pada tubulus ginjal untuk meningkatkan reabsorpsi .
·
ALDOSTERON
Aldosteron
adalah hormon yang dihasilkan dan dilepaskan oleh kelenjar adrenal, memberikan
sinyal kepada ginjal untuk membuang lebih sedikit natrium dan lebih banyak
kalium. Pembentukan aldosteron sebagian diatur oleh kortikotropin pada hipofisa
dan sebagian lagi oleh mekanisme kontrol pada ginjal (sistem renin-angiotensin-aldosteron).
Renin adalah enzim yang dihasilkan di dalam ginjal dan bertugas mengendalikan
pengaktivan hormon angiotensin, yang merangsang pembentukan aldosteron oleh
kelenjar adrenal. Kelebihan
aldosteron (aldosteronisme) merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi kadar
natrium, kalium, bikarbonat dan klorida dalam darah, yang menyebabkan tekanan
darah tinggi, kelemahan dan kadang kelumpuhan perioidik. Rennin
disekresikan dari sel-sel jukstaglomelurus yang mengelilingi arteriol aferen
ginjal sewaktu masuk ke glomerulus. Sekresi aldosteron diatur melalui system
renin-angiotensin dalam suatu mekanisme umpan baliik. Penurunan volume CES atau
volume vascular intra-arteri menyebabkan peningkatan pelepasan muatan saraf
renalis secara reflek dan penurunan tekanan arteri renalis. Kedua perubahan
meningkatkan sekresi rennin, dan angiotensin II yang terbentuk oleh kerja renin
meningkatkan kcepatan sekresi aldosteron. Aldosteron menyebabkan retensi dan air, meningkatkan volume CES dan
menghentikan rangsangan yang mencetuskan sekresi renin.
Ø
Sistem Renin-Angiotensin-Aldostero dalam keseimbangan cairan dan
elektrolit
Untuk
membantu mempertahankan keseimbangan garam dan air dalam tubuh termasuk untuk
mempertahankan volume darah dan tekanan darah yang normal, ada sel khusus yang
disebut dengan sel juxtaglomerulus. Sel juxtaglomerulus ada di dekat glomerulus
dan mensekresikan enzim yang bernama renin. Proses kerjanya adalah sebagai
berikut.
Ketika
aliran darah ke glomerulus menurun, sel juxtaglomerulus akan mensekresikan renin
ke dalam aliran darah menuju hepar. Di dalam hepar, renin akan mengubah
angiotensinogen menjadi agiotensin I. Lalu angiotensin I akan menuju paru-paru,
dan dikonversi menjadi angiotensin II. Selanjutnya angiotensin menuju kelenjar
adrenal untuk menstimulasi kelenjar adrenal untuk memproduksi aldosteron.
Angiotensin
II menyebabkan vasokonstriksi perifer dan menstimulasi produksi aldosteron.
Keduanya akan menigkatkan tekanan darah. Jika tekanan darah telah normal
kembali, tubuh akan berhenti mensekresi renin, serta siklus
renin-angiotensin-aldosteron akan berhenti pula.
·
Naik dan turunnya Renin
Jumlah
renin yang disekresikan bergantung pada aliran darah dan kadar sodium dalam
aliran darah. Jika aliran darah yang ke ginjal berkurang, seperti yang terjadi
pada pasien yang sedang mengalami perdarahan, atau jika jumlah sodium yang
sampai di glomerulus turun, maka sel juxtaglomerulus akan mensekresikan renin
lebih banyak. Renin menyebabkan vasokonstriksi dan selanjutnya meningkatkan
tekanan darah. Sebaliknya,
jika aliran darah ke ginjal meningkat, atau jika kadar sodium yang mencapai
glomerulus meningkat, sel juxtaglomerulus akan mengurangi sekresi renin.
Penurunan sekresi renin akan mengurangi vasokonstriksi dan membantu menormalkan
tekanan darah.
· Pengaturan Sodium dan air. Hormon
aldosteron juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan tekanan darah
dan keseimbangan cairan. Aldosteron disekresi di kortek adrenal, mengatur
reabsorpsi sodium dan air di dalam nefron.
·
Men-trigger transport aktif
Ketika
volume darah menurun, aldosteron mengawali transport aktif sodium dari tubulus
distalis dan duktus kolektivus ke dalam aliran darah. Transport aktif tersebut
mendorong sodium kembali ke dalam aliran darah. Ketika sodium di dorong ke
dalam aliran darah, banyak air akan diabsorpsi dan volume darah akan bertambah.
3.KESEIMBANGAN ASAM BASAH
Disamping air
dan elektrolit cairan tubuh juga mengandung asam-basa, seperti asam karbonat .
Keadaan asam dan basa ditentukan oleh adanya pH cairan tubuh. pH adalah sImbol
dari adanya ion hydrogen dalam larutan pH netral adalah 7, jika dibawah 7 maka
disebut asam dan diatas 7 disebut basa. Sedangkan pH plasma normal aldalah
7,35-7,45. Untuk memperthankan pH plasma normal dalam tubuh terdapat buffer
asam-basa yaitu larutan yang terdiri dari dua atau lebih zat kimia untuk
mencegah terjadinya perubahan ion hydrogen.
Keseimbangan
asam-basa ditentukan oleh pengaturan buffer pernafasan dan ginjal.
a. Sistem
Buffer
Buffer
membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan menetralisir kelebihan
asam melalui pemindahan atau pelepasan ion hydrogen. Jika terjadi kelebihan ion
hydrogen pada cairan tubuh maka buffer akan meningkat ion hydrogen sehingga
perubahan pH dapat diminimalisir. Sistem buffer utama pada cairan ekstraseluler
adalah bikarbonat dan asam karbonat. Selain itu untuk
mempertahankan keseimbangan pH juga berperan plasma protein,hemoglobin,dan
posfat.
b. Pengaturan
pernapasan
Paru-paru
membantu mengatur keseimbangan asam-basa dengan cara mengeluarkan karbondioksida.
Karbondioksida secara kuat menstimulasi pusat pernapasan. Ketika karbondioksida
dan asam bikarbonat dalam darah meningkat pusat pernapasan distimulasi sehingga
menjadi meningkat. Karbondioksida dikeluarkan dan asam karbonat menjadi
turun. Apabila bikarbonat berlabihan maka jumlah pernapasan akan
diturunkan.
Pengaturan
pernapasan dan ginjal saling bekerja sama dalam mempertahankan keseimbangan
asam basa. Di paru-paru karbondioksida bereaksi dengan air membentuk asam
karbonat, yang kemudian asam karbonat akan dipecah di ginjal menjadi hidrogen
dan bikarbonat.
4.TANDA DAN GEJALA GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Di bawah ini adalah gejala paling
umum dari ketidakseimbangan elektrolit:
- Kelelahan
- Kram otot dan kejang
- Mual
- Pusing
- Pingsan
- Lekas marah
- Muntah
- Mulut kering
- Denyut jantung lambat
- Kejang
- Palpitasi
- Tekanan darah rendah
- Kurangnya koordinasi
- Sembelit
- Kekakuan sendi
Dalam kasus ketidakseimbangan elektrolit yang parah (pada
kasus ekstrim), gejala berikut akan teramati:
- Koma
- Kejang
- Perhentian jantung (cardiac arrest)
- Kematian
5.PROSES KEPERAWATAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELETROLIT
Pemberian Cairan Melalui Infus
pemberian cairan infuse dapat diberikan pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah.
pemberian cairan infuse dapat diberikan pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah.
Alat dan Bahan :
- Standart infuse
- Set infuse
- Cairan sesuai program medic
- Jarim infuse dengan ukuran yang sesuai
- Pengalas
- Torniket
- Kapas alcohol
- Plester
- Gunting
- Kasa steril
- Beradine
- Handscoen
Prosedur Kerja
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
- Cuci tangan.
- Hubungkan cairan dan infuse set dengan menusukkan ke bagian karet atau akses selang ke botol infuse.
- Isi cairan ke dalam set infuse dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi slang dan udara slang keluar.
- Letakkan pengalas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan.
- Letakkan pembendungan dengan torniket 10-12 cm diatas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan ferakan sirkulat (bila sadar).
- Gunakan sarung tangan steril .
- Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
- Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari dibagian bawah vena dan posisi jarum (abocath) mengarah ke atas.
- Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (abocath/surflo). Apabila saat penusukan terjadi pengeluaran darah melalui jarum (abocath/surflo) maka tarik keluar bagian dalam (jarum) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena.
- Setelah jarum infuse bagian dalam dilepaskan,tahan bagian atas vena dengan menekan dengan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan dengan slang infus.
- Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan.
- Lakukan fiksasi dengan kasa steril dan plester.
- Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
- Catat tanggal dan waktu pemasangan infuse serta catat ukuran jarum tidak lupa juga catat jenis cairan,letak infuse,kecepatan aliran,ukuran,dan tipe jarum infus.