Senin, 30 November 2015

Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

NAMA                 :         Sherley Ajeng Pratiwi
NIM                      :         1510051
MATA KULIAH  :         IDK 1        
PRODI/KELAS    :         S1 TINGKAT 1
FASILITATOR    :         Nisha Dharmayanti R., S.Kep., Ns., M. Si.
 



Resume Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Sesuai Tumbuh Kembang

      1.      KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Definisi cairan tubuh
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh manusia tersusun kira-kira 50%-60% cairan. 
Prosentase cairan tubuh
a. Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain :
1.      Umur : Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.
2.  Kondisi lemak tubuh : Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
3.  Jenis Kelamin : Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pada pria, kerena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pria.

b.      Jumlah normal air pada tubuh manusia
1. Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan
2. Dewasa :
·         Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 – 55% Berat Badan
·         Pria dewasa (20-40 tahun): 55 – 60% Berat Badan
·         Usia lanjut : 45-50% Berat Badan

Fungsi Cairan
a.      Pelarut universal
1.      Senyawa bergerak lebih cepat dan mudah
2.      Berperan dalam reaksi kimia.
Contoh: Glukosa larut dalam darah dan masuk ke sel
3.      Sebagai medium untuk reaksi metabolisme dalam sel
4.      Transport nutrient, membersihkan produk metabolisme dan substansi lain

b.      Pengaturan suhu tubuh
1.      Mampu menyerap panas dalam jumlah besar
2.      Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas
Contoh: Otot-otot selama excercise

c.       Pelicin
1.      Mengurangi gesekkan (sebagai pelumas)

d.       reaksi kimia
1.      Pemecahan karbohidrat
2.      Membentuk protein

e.       Pelindung
1.      Cairan Cerebro-spinal, cairan amniotic


Komposisi Cairan Tubuh
Cairan  tubuh berisikan:
a.       Oksigen yang berasal dari paru-paru
b.      Nutrien yang berasal dari saluran pencernaan
c.       Produk metabolisme seperti karbondiokasida
d.  Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul yang disebut juga elektrolit. Seperti misalnya sodium klorida dipecah menjadi satu ion Natrium atau sodium (Na+) dan satu ion klorida (Cl–). Ion yang bermuatan positif disebut kation, sedangkan yang bermuatan negatif disebut anion

Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS) dan Cairan Ektraselular (CES)

a.       Cairan Intraselular
Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3–, SO42-, Cl–

b.      Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari total cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan dalam transport nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil metabolisme untuk kemudian dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai pelumas pada persendian dan membran mukosa, penghancuran makanan dalam proses pencernaan.

Cairan ekstrasel terdiri dari:
1.      Cairan interstisial
Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan limfe, jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
2.      Cairan intavaskuler
Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah misalnya plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum ada alat yang tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah tersebut dapat diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia, komposisi darah terdiri dari kurang lebih 55%plasma, dan 45% sisanya terdiri dari komponen darah seperti sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
3.      Cairan transelular
Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti cairan serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi lambung, jumlahnya sekitar 1%-3%.

Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na+,sedikit K+, Ca2+, Mg2+ serta elektrolit anion terbanyak Cl– , HCO3–, protein pada plasma, sedikit HPO42-SO42-.

2. HORMON TERKAIT DNGAN KESEIMBANG CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Hormon Antidireutik (ADH)
Beberapa hormon mempengaruhi keseimbangan cairan, diantaranya adalah antidiuretic hormone (ADH) atau vasopressin. Hormon antidiuretik ((ADH) adiuretin, vasopresin) dibentuk di nucleus supraoptikus dan paraventrikular hipotalamus, dan ditransport ke lobus posterior kelenjar hipofisis melalui akson neuron penghasil hormon. Hipotalamus memproduksi ADH, sedangkan kelenjar pituitari posterior menyimpan dan melepaskannya. Fungsi hormon ADH mudah diingat karena sesuai kepanjangannya yaitu hormon antidiuretik yang artinya mengurangi diuresis dan meningkatkan retensi air.
Peningkatan osmolalitas serum atau penurunan volume darah dapat menstimulasi pelepasan ADH, yang pada akhirnya akan meningkatkan reabsorpsi cairan di ginjal. Peningkatan reabsorpsi cairan mengakibatkan konsentrasi urin menjadi lebih pekat. Begitu pula sebaliknya, penurunan osmolalitas serum atau peningkatan volume darah akan menghambat pelepasan ADH dan mengakibatkan lebihcairan sedikit yang diabsorspsi, sehingga urin yang dihasilkan akan memiliki konsentrasi yang rendah atau encer. Banyaknya ADH yang dilepaskan setiap harinya bervariasi tergantung keperluan tubuh.
Rangsangan untuk pelepasan ADH adalah hiperosmolaritas ekstrasel (atau penyusutan sel) dan penurunan pengisian di kedua atrium, serta muntah, nyeri, stress, dan gairah (seksual). Sekresi ADH selanjutnya dirangsang oleh angiotensin II, dopamine, dan beberapa obat atau toksin (misal nikotin, morfin, barbiturat). Peningkatan perenggangan atrium serta asam aminobutirat-γ (GABA), alkohol, dan pajanan terhadap dingin menimbulkan efek penghambatan.

Sistem Renin – Angiotensin – Aldosteron
·         RENIN
Peningkatan tekanan darah yang ditimbulkan oleh penyuntikan ekstrak ginjal adalah disebabkan oleh renin, suatau protease asam yang disekresikan oleh ginjal kedalam aliran darah. Enzim ini bekerja sama dengan pengonversi angiotensin untuk membentuk angiotensin II. Enzim ini merupakan suatu glikoprotein dengan berat molekul 37.326 pada manusia. Molekul tersusun dari dua lobus, atau domain, dimana tempat aktif enzim terletak dicelah bagian dalam. Dua residu asam aspartat, satu diposisi 104 dan satu diposisi 292 (nomer residu dari preprorenin manusia), terletak dekat dengan celah dan penting untuk aktifitas enzim ini. Dengan demikian, renin adalah suatu protease aspastil.Seperti hormon lain, reni disintesis sebagai suatu prahormon berukuran besar. Praprorenin manusia mengandung 406 residu asam amino. Prorenin yang tersisa setelah pengeluaran sekuens pendahulu (leader sequence), yang terdiri dari 23 residu asa amino dari terminal-amino, mengandung 383 residu asam amino, dan setelah pengeluaran sekuens pro dari terminal-amino prorenin, terbentuk renin aktif yang mengandung 340 residu asam amino. Prorenin memiliki sedikit, kalaupun ada, aktifitas biologik.
Sebagian prorenin diubah menjadi renin di ginjal, dan sebagian disekresikan. Prorenin disekresikan oleh organ-organ lain, termasuk ovarium. Setelah nefrektomi, kadar prorenin dalam sirkulasi biasanya hanya turun sedang dan bahkan mungkin meningkat, tetapi kadar renin-aktif turun sampai hampir nol. Dengan demikian hanya terjadi sedikit perubahan prorenin menjadi renin dalam sirkulasi, dan renin aktif adalah produk utama, bila bukan eksklusif ginjal. Prorenin disekresikan secara konstitusif, sedangkan renin aktif terbentuk dalam granula sekretorik justaglomerulus, sel-sel diginjal yang menghasilkan renin. Renin aktif memiliki waktu paruh dalam sirkulasi sekitar 80 menit atau kurang. Satu-satunya fungsi yang diketahui adalah memecah dekapeptida angiotensin I  dari ujung terminal amino angiotensinogen (subrat renin).
·         ANGIOTENSIN
Angiotensinogen dalam darah ditemukan dalam fraksi globulin  plasma. Angiotensinogen mengandung sekitar 13% karbohidrat yang tersusun oleh 453 residu asam amino. Zat ini disintesis dihati dengan sekuens sinyal 32 asam amino yang dikeluarkan di retikulum endoplasma. Kadarnya dalam darah ditingkatkan oleh glukokortikoid, hormon tiroid, estrogen, beberapa sitokin dan angiotensin II. Enzim pengonversi angiotensin (ACE, angiotensin-converting enzyme) ialah suatu dipeptidilkarboksipeptidase yang memecah histidilleusin dari angiotensin I yang inaktif secara fisiologis, membentuk oktapeptida angiotensin II. Metabolisme angiotensin II berlangsung cepat, waktu paruhnya dalam sirkulasi manusia adalah 1-2 menit. Metabolisme angiotensin II dikatalisasi oleh berbagai peptidase. Renin biasanya diukur dengan menginkubasikan sampel yang akan diperiksa dan mengukur angiotensin I yang dihasilkannya dengan imunoesai. Cara ini mengukur aktifitas renin plasma (PRA) sampel. Defisisensi angiotensinogen serta renin daoat menyebabkan nilai PRA yang rendah, dan untuk menghindari masalah ini, sering diberikan angiotensinogen eksogen, sehingga yang diukur adalah konsentrasi renin plasma (PRC) bukan PRA. Angiotensin I tampaknya hanya berfungsi sebagai prekursor untuk angiotensin II dan tidak memiliki fungsi lain yang jelas. Angiotensin II yang sebelumnya disebut hipertensin atau angiotonin yang menyebabkan konstriksi arteriola dan oeningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik. Zat ini merupakan vasokonstriktor yang paling kuat yang pada orang kuat memiliki aktifitas 4-8 kali lipat dibandingkan dengan norepinefrin berdasarkan berat. Angiotensin II juga bekerja langsung pada korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi aldosteron dan sistem renin-angiotensin merupakan pengatur utama sekresi aldosteron. Efek lain angiotensin II adalah fasilitasi pelepasan norepinefrin melalui efek langsung pada neuron simpatis pascaganglion, kontraksi sel-sel mesangium yang menyebabkan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus, dan efek langsung pada tubulus ginjal untuk meningkatkan reabsorpsi .
·         ALDOSTERON
     Aldosteron adalah hormon yang dihasilkan dan dilepaskan oleh kelenjar adrenal, memberikan sinyal kepada ginjal untuk membuang lebih sedikit natrium dan lebih banyak kalium. Pembentukan aldosteron sebagian diatur oleh kortikotropin pada hipofisa dan sebagian lagi oleh mekanisme kontrol pada ginjal (sistem renin-angiotensin-aldosteron). Renin adalah enzim yang dihasilkan di dalam ginjal dan bertugas mengendalikan pengaktivan hormon angiotensin, yang merangsang pembentukan aldosteron oleh kelenjar adrenal. Kelebihan aldosteron (aldosteronisme) merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi kadar natrium, kalium, bikarbonat dan klorida dalam darah, yang menyebabkan tekanan darah tinggi, kelemahan dan kadang kelumpuhan perioidik. Rennin disekresikan dari sel-sel jukstaglomelurus yang mengelilingi arteriol aferen ginjal sewaktu masuk ke glomerulus. Sekresi aldosteron diatur melalui system renin-angiotensin dalam suatu mekanisme umpan baliik. Penurunan volume CES atau volume vascular intra-arteri menyebabkan peningkatan pelepasan muatan saraf renalis secara reflek dan penurunan tekanan arteri renalis. Kedua perubahan meningkatkan sekresi rennin, dan angiotensin II yang terbentuk oleh kerja renin meningkatkan kcepatan sekresi aldosteron. Aldosteron menyebabkan retensi  dan air, meningkatkan volume CES dan menghentikan rangsangan yang mencetuskan sekresi renin.

Ø  Sistem Renin-Angiotensin-Aldostero dalam keseimbangan cairan dan elektrolit
Untuk membantu mempertahankan keseimbangan garam dan air dalam tubuh termasuk untuk mempertahankan volume darah dan tekanan darah yang normal, ada sel khusus yang disebut dengan sel juxtaglomerulus. Sel juxtaglomerulus ada di dekat glomerulus dan mensekresikan enzim yang bernama renin. Proses kerjanya adalah sebagai berikut.
Ketika aliran darah ke glomerulus menurun, sel juxtaglomerulus akan mensekresikan renin ke dalam aliran darah menuju hepar. Di dalam hepar, renin akan mengubah angiotensinogen menjadi agiotensin I. Lalu angiotensin I akan menuju paru-paru, dan dikonversi menjadi angiotensin II. Selanjutnya angiotensin menuju kelenjar adrenal untuk menstimulasi kelenjar adrenal untuk memproduksi aldosteron.
Angiotensin II menyebabkan vasokonstriksi perifer dan menstimulasi produksi aldosteron. Keduanya akan menigkatkan tekanan darah. Jika tekanan darah telah normal kembali, tubuh akan berhenti mensekresi renin, serta siklus renin-angiotensin-aldosteron akan berhenti pula.
·         Naik dan turunnya Renin
Jumlah renin yang disekresikan bergantung pada aliran darah dan kadar sodium dalam aliran darah. Jika aliran darah yang ke ginjal berkurang, seperti yang terjadi pada pasien yang sedang mengalami perdarahan, atau jika jumlah sodium yang sampai di glomerulus turun, maka sel juxtaglomerulus akan mensekresikan renin lebih banyak. Renin menyebabkan vasokonstriksi dan selanjutnya meningkatkan tekanan darah. Sebaliknya, jika aliran darah ke ginjal meningkat, atau jika kadar sodium yang mencapai glomerulus meningkat, sel juxtaglomerulus akan mengurangi sekresi renin. Penurunan sekresi renin akan mengurangi vasokonstriksi dan membantu menormalkan tekanan darah.
·  Pengaturan Sodium dan air. Hormon aldosteron juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan tekanan darah dan keseimbangan cairan. Aldosteron disekresi di kortek adrenal, mengatur reabsorpsi sodium dan air di dalam nefron.
·         Men-trigger transport aktif
Ketika volume darah menurun, aldosteron mengawali transport aktif sodium dari tubulus distalis dan duktus kolektivus ke dalam aliran darah. Transport aktif tersebut mendorong sodium kembali ke dalam aliran darah. Ketika sodium di dorong ke dalam aliran darah, banyak air akan diabsorpsi dan volume darah akan bertambah.

3.KESEIMBANGAN ASAM BASAH
Disamping air dan elektrolit cairan tubuh juga mengandung asam-basa, seperti asam karbonat . Keadaan asam dan basa ditentukan oleh adanya pH cairan tubuh. pH adalah sImbol dari adanya ion hydrogen dalam larutan pH netral adalah 7, jika dibawah 7 maka disebut asam dan diatas 7 disebut basa. Sedangkan pH plasma normal aldalah 7,35-7,45. Untuk memperthankan pH plasma normal dalam tubuh terdapat buffer asam-basa yaitu larutan yang terdiri dari dua atau lebih zat kimia untuk mencegah terjadinya perubahan ion hydrogen.
Keseimbangan asam-basa ditentukan oleh pengaturan buffer pernafasan dan ginjal.
a.       Sistem Buffer
Buffer membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan menetralisir kelebihan asam melalui pemindahan atau pelepasan ion hydrogen. Jika terjadi kelebihan ion hydrogen pada cairan tubuh maka buffer akan meningkat ion hydrogen sehingga perubahan pH dapat diminimalisir. Sistem buffer utama pada cairan ekstraseluler adalah bikarbonat dan asam karbonat. Selain itu untuk mempertahankan keseimbangan pH juga berperan plasma protein,hemoglobin,dan posfat.
b.      Pengaturan pernapasan
Paru-paru membantu mengatur keseimbangan asam-basa dengan cara mengeluarkan karbondioksida. Karbondioksida secara kuat menstimulasi pusat pernapasan. Ketika karbondioksida dan asam bikarbonat dalam darah meningkat pusat pernapasan distimulasi sehingga menjadi meningkat. Karbondioksida dikeluarkan dan asam karbonat menjadi turun.  Apabila bikarbonat berlabihan maka jumlah pernapasan akan diturunkan.
Pengaturan pernapasan dan ginjal saling bekerja sama dalam mempertahankan keseimbangan asam basa. Di paru-paru karbondioksida bereaksi dengan air membentuk asam karbonat, yang kemudian asam karbonat akan dipecah di ginjal menjadi hidrogen dan bikarbonat.

4.TANDA DAN GEJALA GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Di bawah ini adalah gejala paling umum dari ketidakseimbangan elektrolit:
  • Kelelahan
  •  Kram otot dan kejang
  • Mual
  • Pusing
  • Pingsan
  • Lekas marah
  • Muntah
  • Mulut kering
  • Denyut jantung lambat
  • Kejang
  • Palpitasi
  • Tekanan darah rendah
  • Kurangnya koordinasi
  • Sembelit
  • Kekakuan sendi
Dalam kasus ketidakseimbangan elektrolit yang parah (pada kasus ekstrim), gejala berikut akan teramati:
  • Koma
  •  Kejang
  • Perhentian jantung (cardiac arrest)
  • Kematian
5.PROSES KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELETROLIT
Pemberian Cairan Melalui Infus
pemberian cairan infuse dapat diberikan pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah.
Alat dan Bahan :
  1. Standart infuse
  2. Set infuse
  3. Cairan sesuai program medic
  4. Jarim infuse dengan ukuran yang sesuai
  5. Pengalas
  6. Torniket
  7. Kapas alcohol
  8. Plester
  9. Gunting
  10. Kasa steril
  11. Beradine
  12. Handscoen
Prosedur Kerja
  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  2. Cuci tangan.
  3. Hubungkan cairan dan infuse set dengan menusukkan ke bagian karet atau akses selang ke botol infuse.
  4. Isi cairan ke dalam set infuse dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi slang dan udara slang keluar.
  5. Letakkan pengalas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan.
  6. Letakkan pembendungan dengan torniket 10-12 cm diatas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan ferakan sirkulat (bila sadar).
  7. Gunakan sarung tangan steril .
  8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
  9. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari dibagian bawah vena dan posisi jarum (abocath) mengarah ke atas.
  10. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (abocath/surflo). Apabila saat penusukan terjadi pengeluaran darah melalui jarum (abocath/surflo) maka tarik keluar bagian dalam (jarum) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena.
  11. Setelah jarum infuse bagian dalam dilepaskan,tahan bagian atas vena dengan menekan dengan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan dengan slang infus.
  12. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan.
  13. Lakukan fiksasi dengan kasa steril dan plester.
  14. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
  15. Catat tanggal dan waktu pemasangan infuse serta catat ukuran jarum tidak lupa juga catat jenis cairan,letak infuse,kecepatan aliran,ukuran,dan tipe jarum infus.







Minggu, 22 November 2015

Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi

NAMA                 :         Sherley Ajeng Pratiwi
NIM                     :         1510051
MATA KULIAH :         IDK 1        
PRODI/KELAS    :         S1 TINGKAT 1
FASILITATOR    :         Nisha Dharmayanti R., S.Kep., Ns., M. Si.
 


Resume Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi Sesuai Tumbuh Kembang

   1.     Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler


Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulasi darah yang terdiri dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh. Jantung sebagai pusat system kardiovaskuler terletak di sebelah rongga dada (cavum thoraks). Berat pada orang dewasa sekitar 250-350 gram.

Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik.Posisi jantung berada di :
  1. (superior-posterior:Costa -II) berada di atas disebut basis
  2. Apeks ( anterior-inferior ICS – V mid clavikula) bawah.
  3. Pada basis jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah.

Hubungan jantung dengan alat sekitarnya yaitu:
            a.       Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis setinggi kosta III-I.          
            b.      Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.
         c.       Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta pulmonalis, brongkus dekstra dan bronkus sinistra.
         d.      Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desendes, vena azigos, dan kolumna vetebrata torakalis.
           e.       Bagian bawah berhubungan dengan diafragma

Factor yang mempengaruhi kedudukan jantung :
            a.       Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung agak turun kebawah
        b.      Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC) menahan batas jantung menurun sehingga pada asma toraks melebar dan membulat
        c.       Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan mendorong bagian bawah jantung ke atas
           d.      Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh posisi tubuh.
Yang dibedakan
Vena
Arteri
Tempat
Dekat permukaan tubuh, kebiru-biruan
Agak kedalam, tersembunyi
Dinding pembuluh
Tipis,tidak elastis
Tebal,kuat,elastis
Aliran darah
Menuju jantung
Dari jantung
Denyut
Tidak terasa
Terasa
Katup
Disepanjang pembuluh
Hanya di satu tempat dekat jantung
Jika terluka
Tidak memancar,hanya menetes
Darah memancar ke luar




Bagian-bagian pelindung jantung


   1.      Luar/epikardium : Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong pembungkus jantung yang terletak di mediastinum minus dan di belakang korpus sterni dan rawan iga II- IV.

    2.      Tengah/miokardium : Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria.
·         Susunan miokardium yaitu:
a.       Otot atria
b.      Otot ventrikuler

c.       Otot atrioventrikuler:

   3.      Dalam/pericardium : Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang mengkilat yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir


    

Adapun jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 berdinding tipis disebut atrium (serambi) dan 2 berdinding tebal disebut ventrikel (bilik).

 Atrium
Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan melalui katub  dan selanjutnya ke paru. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katub dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.Kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.

Ventrikel
Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis. Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan keseluruh tubuh melalui aorta, Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.


Katup-katup Jantung


Katup Semilunar
  • Katup Pulmonal terletak pada arteri pulmonalis dan memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan (vlavula semilunaris arteri pulmonalis)
  • Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta (valvulasemilunaris aorta).
Kedua katup ini mempunyai bentuk yang sama terdiri dari 3 buah daun katup yang simetris. Katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri selama sistole dan mencegah aliran balik pada waktu diastole. Pembukaan katup terjadi pada waktu masing-masing ventrikel berkontraksi, dimana tekanan ventrikel lebih tinggi dari tekanan didalam pembuluh darah arteri.


1          Katup Atrioventrikuler

·       Terletak antara atrium dan ventrikel. Katup yang terletak diantara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup (trikuspid). Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup (Mitral). Memungkinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel pada fase diastole dan mencegah aliran balik pada fase sistolik.


Tekanan Darah

Pada saat Sistol jantung berkontraksi memompa darah dan keluar dari jantung yaitu dari ventrikel kanan ke paru-paru dan ventrikel kiri ke seluruh tubuh. Pada saat Diastol ruang jantung megendur dan berisi darah. Dan semua prose situ akan terus terjadi selama manusia itu hidup.

Fungsi umum otot jantung yaitu
·         Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa adanya rangsangan dari luar.
·         Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan berkontraksi maksimal.
·         Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
            Sistem Konduksi Jantung

1.   SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada didalam dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.
2.      AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam septum atrium dekat muara sinus koronari.
3.    Bundle atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan ke arah depan pada tepi posterior dan tepi bawah pars membranasea septum interventrikulare.
4. Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada pada endokardium menyebar pada kedua ventrikel.

   2.     Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2(karbondioksida) sebagai sisa metabolisme. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan udara disebut ekspirasi.

Anatomi Pernapasan
Pembagian Saluran Sistem Pernapasan
1.      Pernapasan Atas
a.      Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang(cavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Didalam terdapat bulu-bulu(silia) yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk kedalam lubang hidung.
1.      Bagian luar dinding terdiri dari kulit
2.      Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
3. Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir(mukosa) yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis)

Fungsi Hidung
1.      Warming (penyesuaian suhu udara luar ke suhu dalam paru)
2.      Humidifying (penyesuain kelembaban udara dari rendah ke 100%)
3.      Filtering (melaksanakan filter terhadap debu yang berukuran 5 mikron ke atas)
4.      Defence (pertahanan terhadap masuknya baksil yang ikut masuk bersama udara)

b.      Faring
 Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Ke bawah terdapat dua lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus. Di sebelah belakang terdapat epiglotis ( empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
Faring terdapat 3 bagian :
·  Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nasofaring.
·   Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring
·   Bagian bawah sekali dinamakan laringgofaring. 

c.       Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain:
1.      Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun sangat jelas terlihat pada pria.
2.      Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker
3.      Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin
4.      Kartilago epiglotis (1 buah).

d.      Trakea (Batang Tenggorokan)
      Merupakan lanjutan dari laring yang terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,hanya bergerak kearah luar. Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos.Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.

2.      Pernapasan Bawah
a.      Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupadengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus ini berjalan ke bawah dan kesamping kea rah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping daripada bronkus kanan, terdiri dari 9-12 cincin, mempunya 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus.

b.      Bronkiolus
Merupakan cabang dari bronchus sekunder yang dibagi kedalam saluran-saluran kecil yaitu
c.       bronchiolus terminal (dilapisi cilia)
d.      bronchiolus respirasi (difusu)
e.       Kedua bronchiolus ini mempunyai diameter < 1 mm.
f.       Dari Bronchioli respiratorius selanjutnya menuju ductus alviolus dan ke alvioli.

c.       Paru- paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa,alveoli). Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan). Paru-paru dibagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus (lobus pulmo dekstra superior,lobus medial,dan lobus dekstra inferior). Tiap lobus tersusu atas lobules. Paru-paru kiri mempunyai 2 lobus (pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior).Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih keci bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 segmen pada lobus superior,5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 segmen pada lobus superior,2 segmen pada lobus medial,dan 3 segmen pada lobus superior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobules.

Pleura
Merupakan lapisan tipisyang mengandung kolagen dan jaringan elastis. Terbagi menjadi 2:
1.      Pleura perietalis yaitu yang melapisi rongga dada
2.      Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru-paru.

d.      Alveoli 

Alveoli adalah struktur anatomi yang memiliki bentuk berongga. Terdapat pada parenkim paru-paru, yang merupakan ujung dari saluran pernapasan, dimana kedua sisi merupakan tempat pertukaran udara dengan darah.

Struktur Alveoli

Alveoli terletak di zona pernapasan paru-paru, di terminasi distal dari duktus alveolar dan atrium. Kantung udara ini adalah membentuk dan pemutusan titik saluran pernapasan. Mereka menyediakan total luas permukaan sekitar 100 m2. Alveoli mengandung beberapa kolagen dan serat elastis. Serat elastis memungkinkan alveoli untuk meregangkan karena mereka penuh dengan udara selama inhalasi. Mereka kemudian bangkit kembali selama pernafasan untuk mengusir udara yang mengandung karbon dioksida. Sepasang paru-paru manusia mengandung sekitar 700 juta alveoli, memproduksi 70m² luas permukaan. Setiap alveolus dibungkus fine mesh kapiler yang mencakup sekitar 70% dari wilayahnya. Sebuah alveolus dewasa memiliki diameter rata-rata 200 mikrometer, dengan peningkatan diameter selama inhalasi. Alveoli terdiri dari lapisan epitel dan matriks ekstraselular dikelilingi oleh kapiler. Dalam beberapa dinding alveolar ada pori-pori antara alveoli disebut Pori-pori Kohn. 

Fisiologi Pernapasan

Fisiologi Pernafasan Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni : ventilasi, perfusi dan difusi( Potter &Perry, 2006).
a.       Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan keluar paru-paru.Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan throak yang elastic dan persarafanyang utuh. Otot pernapasan yang utama adalah diagfragma(Potter & Perry, 2006).Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnyasekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi kare.na adanya perbedaantekanan antara intrapleural lebih negative (752 mmHg) daripada tekanan atmofer (760mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
b.      Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dri ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasidan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler danalveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifatfleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga dapatdipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darahsistemik.
c.       Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebihtinggi kedaerah degan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi dimembrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipegaruhi oleh ketebalanmembrane(Potter & Perry, 2006).

            Proses Oksigenasi
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
Mekanisme Pernafasan Dibedakan menjadi 2, yaitu Pernafasan Dada dan Pernafasan Perut.
a. Pernafasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut :
1.   Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2.      Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

b. Pernafasan perut
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut :
1.  Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2.      Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

Tanda dan Gejala Gangguan Oksigenasi
1.      Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
2.      Penurunan ventilasi permenit
3.      Penggunaan otot nafas tambahan
4.      Pernafasan cuping hidung (faring)
5.      Dispnea
6.      Ortopnea
7.      Nafas pendek
8.      Posisi tubuh 3 point
9.      Nafas dengan bibir
10.  Ekspirasi memanjang
11.  Peningkatan diameter anterior
12.  Frekuensi nafas kurang
13.  Penurunan kapasitas vital
14.  Takikardi
15.  Hiperkapnea
16.  Kelelahan
17.  Somnolen
18.  Iritabilitas
19.  Hipoksia
20.  AGS abnormal
21.  Sianosis
22.  Warna kulit abnormal
23.  Sakit kepala ketika bangun
24.  Hiperkarbia
25.  Abnormal frekuensi
26.  Irama
27.  Kedalaman nafas

Proses Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
Pemberian oksigen merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen dapat dilakukan melalui kanul nasal,kateter nasal atau masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia (kekurangan O didalam jantung).
Macam-macam Masker :
1.      Kateter nasal à diberikan biasanya 1-6 liter/mnt
2.      Nasal kanul à diberikan antara 1-6 liter/mnt
3.      Masker
a.  Masker dengan sungkup muka sederhana (simple fask mask) à pemberian 5-8 liter/mnt
b.      Masker dengan kantong reservoir (rebirthing) à pemberian 8-12 liter/mnt
c.  Masker dengan tanpa kantong (non reservoir/rebirthing) à pemberian 10-12 liter/mnt
  Prosedur Kerja
Kateter nasal
1.    Jelaskan prosedur yang akan diberikan
2.    Cuci tangan
3.   Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan,biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian observasi humidifier dengan melihat air bergelembung.
4.      Atur posisi dengan semi-fowler
5.      Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telingan sampai ke hidung dan berikan tanda
6.      Buka saluran udara dari tabung oksigen
7.      Berikan minyak pelumas/jeli
8.      Masukkan ke dalam hidung sampai batas yang ditentukan
9.      Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan lidah pasien menggunakan spatele (akan terlihat posisinya dibelakang uvula)
10.  Fiksasi pada daerah hidung
11.  Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam
12.  Kaji cuping,septum,dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam
13.  Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian,dan respons klien
14.  Cuci tangan setelah procedure dilakukan



Kanula Nasal
1.      Jelaskan prosedur yang akan diberikan
2.      Cuci tangan
3.   Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan,biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian observasi humidifier pada tabung dengan adanya gelembung air.
4.      Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien
5.      Periksa kanula tiap 6-8 jam
6.      Kaji cuping,septum,dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam
7.      Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian,dan respons klien
8.      Cuci tangan setelah procedure dilakukan

Masker Oksigen
1.      Jelaskan prosedur yang akan diberikan
2.      Cuci tangan
3.      Atur posisi dengan semi-fowler
4.  Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan,biasanya 6-10 liter/menit. Kemudian observasi humidifier pada tabung air yang menunjukkan adanya gelembung.
5.   Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung pasien dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien
6.    Periksa kecepatan aliran tiap 6-8 jam,catat kecepatan aliran oksigen,rute pemberian,dan respons klien
7.      Cuci tangan setelah procedure dilakukan.